Nun
jauh di pedalaman Belitong sana, di suatu pulau maha kaya dengan
timahnya yang melimpah, 10 anak-anak miskin mencoba untuk bersekolah
dengan segala kekurangan yang ada karena ketimpangan ekonomi yang
sangat tinggi. Walaupun mereka adalah penduduk asli Belitong sejak
ratusan tahun lalu, namun mereka tak pernah menikmati hasil alam dari
bumi mereka sendiri. Belitong, yang merupakan jantung timah nusantara
ternyata hanya membagi kekayaannya pada kaum borjuis dan para staf,
atau orang
setap kata
orang melayu pedalaman. Sementara mayoritas warga setempat justru tak
berpendidikan, hanya bekerja sebagai buruh ataupun kuli tambang,
berpenghasilan secukupnya untuk membeli beras seadanya. PN
(Perusahaan Negara) Timah, berkuasa layaknya tirani di pulau kaya
itu, memanfaatkan budaya koperasi yang bobrok. Laskar
Pelangi adalah
nama panggilan dari ibunda guru mereka bagi 10 anak-anak miskin nan
ajaib yang berjuang mengenyam pendidikan ditengah segala hambatan di
gedung sekolah yang pada malam hari digunakan sebagai kandang domba,
SD Muhammadiyah.
Menulis
Novel ini berdasarkan pengalamannya sendiri, Andrea Hirata sang
penulis atau “Ikal” jika merujuk pada karakter yang diciptakan
untuk menggambarkan dirinya sendiri pada novel ini mencoba
menjelaskan, menganalisa, dan menceritakan budaya bangsanya sendiri,
bangsa melayu pedalaman dengan dibumbui oleh cerita-cerita menarik
hasil pengalaman masa kecilnya sendiri. Ikal merupakan anak dari
seorang kuli PN Timah. bersama teman – temannya sesama Laskar
Pelangi, ia mengalami petualangan demi petualangan. Ia bertemu
Lintang, sahabat sebangkunya yang jenius tiada tara. Mahar, temannya
yang sangat abnormal dan mistis, dan ketujuh sahabat-sahabat yang
lainnya, saling melengkapi satu sama lain.
Sambil
menjelaskan dan mengenalkan sedikit demi sedikit kebudayaan melayu
pedalaman, Laskar pelangi juga merupakan sumber inspirasi bagi yang
membacanya. Penjabarannya yang seringkali mebuat tawa membuat
kehidupan di pedalaman Belitong sama sekali tidak terlihat
membosankan. Andrea membuat kehidupan sehari-hari masyarakat
pedalaman Belitong sebagai bumbu yang sangat pas bagi novelnya yang
menginsipirasi ini.
Dengan
novel ini Andrea berhasil membuat pembaca mentertawakan kesedihan,
melewati kesulitan demi kesulitan, menemukan kegembiraaan disetiap
mozaik – mozaik kehidupan, dan setelah membaca buku ini sampai
selesai, anda akan merasa bersalah jika tidak mensyukuri hidup anda.
Andrea
Hirata berhasil menciptakan novel yang menyentuh, kritis, dan kocak
sekaligus. Pendekatan-pendekatan budayanya sangat menarik untuk
dibaca, pengalaman-pengalamannya sarat makna, dan sangat
menginspirasi. Novel ini, adalah awal dari masterpiece-nya, tetralogi
Laskar Pelangi. Penasaran? Segera beli bukunya di toko buku terdekat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar