Rabu, 09 Oktober 2013

Resensi Averous


Resensi : Laskar Pelangi
Nun jauh di pedalaman Belitong sana, di suatu pulau maha kaya dengan timahnya yang melimpah, 10 anak-anak miskin mencoba untuk bersekolah dengan segala kekurangan yang ada karena ketimpangan ekonomi yang sangat tinggi. Walaupun mereka adalah penduduk asli Belitong sejak ratusan tahun lalu, namun mereka tak pernah menikmati hasil alam dari bumi mereka sendiri. Belitong, yang merupakan jantung timah nusantara ternyata hanya membagi kekayaannya pada kaum borjuis dan para staf, atau orang setap kata orang melayu pedalaman. Sementara mayoritas warga setempat justru tak berpendidikan, hanya bekerja sebagai buruh ataupun kuli tambang, berpenghasilan secukupnya untuk membeli beras seadanya. PN (Perusahaan Negara) Timah, berkuasa layaknya tirani di pulau kaya itu, memanfaatkan budaya koperasi yang bobrok. Laskar Pelangi adalah nama panggilan dari ibunda guru mereka bagi 10 anak-anak miskin nan ajaib yang berjuang mengenyam pendidikan ditengah segala hambatan di gedung sekolah yang pada malam hari digunakan sebagai kandang domba, SD Muhammadiyah.
Menulis Novel ini berdasarkan pengalamannya sendiri, Andrea Hirata sang penulis atau “Ikal” jika merujuk pada karakter yang diciptakan untuk menggambarkan dirinya sendiri pada novel ini mencoba menjelaskan, menganalisa, dan menceritakan budaya bangsanya sendiri, bangsa melayu pedalaman dengan dibumbui oleh cerita-cerita menarik hasil pengalaman masa kecilnya sendiri. Ikal merupakan anak dari seorang kuli PN Timah. bersama teman – temannya sesama Laskar Pelangi, ia mengalami petualangan demi petualangan. Ia bertemu Lintang, sahabat sebangkunya yang jenius tiada tara. Mahar, temannya yang sangat abnormal dan mistis, dan ketujuh sahabat-sahabat yang lainnya, saling melengkapi satu sama lain.
Sambil menjelaskan dan mengenalkan sedikit demi sedikit kebudayaan melayu pedalaman, Laskar pelangi juga merupakan sumber inspirasi bagi yang membacanya. Penjabarannya yang seringkali mebuat tawa membuat kehidupan di pedalaman Belitong sama sekali tidak terlihat membosankan. Andrea membuat kehidupan sehari-hari masyarakat pedalaman Belitong sebagai bumbu yang sangat pas bagi novelnya yang menginsipirasi ini.
Dengan novel ini Andrea berhasil membuat pembaca mentertawakan kesedihan, melewati kesulitan demi kesulitan, menemukan kegembiraaan disetiap mozaik – mozaik kehidupan, dan setelah membaca buku ini sampai selesai, anda akan merasa bersalah jika tidak mensyukuri hidup anda.
Andrea Hirata berhasil menciptakan novel yang menyentuh, kritis, dan kocak sekaligus. Pendekatan-pendekatan budayanya sangat menarik untuk dibaca, pengalaman-pengalamannya sarat makna, dan sangat menginspirasi. Novel ini, adalah awal dari masterpiece-nya, tetralogi Laskar Pelangi. Penasaran? Segera beli bukunya di toko buku terdekat.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar